Kata Terakhir
(
aku hanya bisa merasakan, tanpa bisa memandang)
Aku hanya bisa terdiam,
menatapi ruang hampa dan hanya penuh dengan tanah di sekelilingku. Tempatku
berdiri, tepat didepan namanya, nama indah yang dianugrahkan tuhan. Dan kini
hanya bisa aku baca melalui batu yang terukir indah. Di depanku saat ini, hanya
tanah yang mengubur dirinya mengubur semua kenanganku bersamanya, masa-masa
indah yang tak akan mungkin terulang lagi, semua tentang dirinya yang kini
terhapuskan oleh debu dan terkubur dalam-dalam. Dan yang tersisa kini hanyalah
aku, yang hanya bisa membayangkannya tanpa menyentuhnya. Hanya bisa merasakan
dan terus tenggelam serta larut dalam kenangan manis kami.
Hari
minggu memang hari yang sangat pas dan baik untuk bermalas-malasan. Bangun
siang, makan, mandi, kemudian menonton TV adalah kebiasaan yang tidak bisa
lepas dari kehidupanku (sebenarnya sih kehidupan para remaja jaman ini, yahh
walaupun tidak semua). Sehabis makan dan mandi, akupun membuka laptop dan mulai
mengotak-atik Mr.Google yang 24jam setia memaniku. Klik! Buka Fb dan lihat
apakah ada yang menarik ataukah ada sesuatu hal yang akan membuatku tertarik. Shoot!!! Ada chat. Aku membukanya… dan
ternyata.. pesa dari Deva. Teman masa kecilku yang kini beda kota denganku.
“Hai Reina, lama gak ada kabar?? Gimana kabar kamu sekarang?”. Aku secara
antusias membalas pertanyaan itu “Hai Deva, lama banget kita gak komunikasi
gini, aku baik-baik saja gimana dengan kamu disana? Dan keluargamu? Semoga
sehat-sehat saja”. Hanya menunggu sekitar 5 menit, pesanu sudah dibalas kembali
olehnya. “Baik banget malahan, hehe kamu makin cantik saja Na”.
Waoww
baru dua percakapan aku sudah dipuji, nge-fly
banget aku hari ini. Áku hanya tersenyum-senyum sendiri sambil terus membalas
chatnya. Kami bercakap cukup lama. Waktu memang tidak bisa berbohong. Tak
terasa sudah 5 jam aku dengannya saling bercerita banyak hal. Entah apa yang
kami ceritakan aku sudah lupa. Namun yang masih bisa aku ingat dan tangkap di
dalam memoriku, percakapan yang kami lakukan sangat asyik. Ia bercerita tentang
sekolahnya, kesehariannya dan bahkan kegiatannya kini. Akupun bercerita hal
yang sama. Kami juga bercerita dan mencoba mengingat-ngingat masa kceil ketika
kami masih sering bersama.
Dimana
aku sering mengerjainya, dan terkadang dialah yang membelaku disaat aku sedang
lemah dan lengah. Aku sangat senang dengan semua cerita yang ia ceritakan,
tidak ada yang membosankan. Kami saling nyambung satu sama lain. Saking serunya
percakapan kami, sampai-sampai aku lupa kapan terakhir kali aku makan.
Percakapan
aku tunda untuk sementara sebab aku harus mandi, makan dan belajar. Tidak perlu
waktu lama bagiku untuk menyelesaikan semua tugasku. Aku kembali mengecek Fbku.
Yess ia mengechatku lagi. Entah kenapa perasaanku sangat bahagia.
Dua minggu kemudian…….
Kami
semakin akrab satu sama lain, semua terasa tidak hambar lagi semenjak ia
datang. Kami resmi menjadi sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Entah
kapan perasaan itu datang dan muncul. Tau-tau saja, kami sudah saling jatuh
cinta. Aku tidak tau apakah ini memang benar-benar cinta. Yang aku tau, aku
nyaman bersamanya dan dia juga nyaman bersamaku. Ia selalu bisa membuat hatiku
menjadi berbunga-bunga. Entah itu karena leluconnya ataukah rayuannya yang
setiap hari selalu saja memilki versi baru. Aku ingat beberapa rayuan yang ia
berikan. Mulai dari aku seperti bidadari, seperti bidadari, seperti bidadari
dan seperti bidadari. Ia selalu mengatakan hal itu pada setiap rayuannya. Kata
bidadari itu tak pernah lupa ia sampaikan dalam setiap ucapan manisnya itu.
Sampai
akhirnya pada suatu saat, aku ingin sekali bertemu dengannya begitu juga ia.
Kami ingin mengobrol secara langsung, bercakap dan saling menatap satu sama
lain. Melihat secara nyata wajahnya dan bisa merasakan langsung kehangatannya.
Namun, tiada waktu yang tepat untuk semua itu.
Malam
harinya, ia meng-smsku dan memberitau bahwa besok ia akan pergi ke pantai untuk
berendam bersama teman-temannya. Malam itu beda dari malam biasanya, aku tidak
tau mengapa. Rasanya ada yang hilang, rasanya aka nada hal yang hampa tapi aku
tak tau itu apa. Percakapan kami cukup singkat malam itu, sebelum tidur, ia
mengucapkan beberapa kata yang akan selalu aku ingat selamanya. “Semoga mimpimu
indah, aku akan mengabarimu besok bidadariku, aku sayang kamu”. Aku terkejut
sekaligus senang dengn ucapannya itu dan akupun membalas “selamat tidur juga pangeranku, aku juga menyayangimu”. Kata
sayang yang saling kami uatrakan seakan membawaku ke mimpi indah.
Keesokan
harinya, aku menunggu dan terus menunggu kabar darinya. 6jam sudah aku menunggu
namun tiada kabar, hingga akhirnya aku menerima pesan dari adik saudaraku.
“Kak, kak Deva belum pulang daritadi pagi, semuanya lagi sibuk nyari dia di
pantai kayaknya dia menghilang kak”. Shoot
darrr!!! Pesan yang aku harapkan pesan bahagia darinya ternyata sebaliknya.
Aku langsung bangun dari tempat tidurku dan mencari ayahku. “Ayah,,ayah” ucapku
dengan nada gemetar. “Ayah,, coba telfon Ayahnya Deva, apa benar Deva dalam
masalah?? Tadi Nina sms aku yah”, ayahku langsung sigap, mengambil handphone
dan menelfon ayah Deva. Ayahku dan ayahnya sangatlah dekat, jadi, kami tidak
malu-malu lagi mengatakan hubungan kami. Untungnya ayahku mengijinkan kami
berdua.
Tak
ada yang menjawab, tak aktif. Aku linglung sendiri. Tanpa kusadari air mataku
sudah menetes tak sanggup menahan kerisauanku. “Na, sebainya kita berangkat
sekarang jga kerumah Deva”. Aku terkejut mendengar perkataan ayahku itu. Namun
au tidak butuh waktu lama untuk menanggapinya. Aku langsung mengangguk dan
mengikuti ayah serta ibuku kebmobil. Tanpa persiapan apapun kami langung
berangkat dengan barang seperlunya. Mandipun aku tidak.
Aku
sudah mulai risau, tanganku mulai bergemetar, aku tak sanggup bicara. Aku hanya
terdiam dan melamun di mobil, hanya air mataku saja yang masih aktif mengalir.
Aku hanya memejamkan mata sambil berdoa. ‘Tuhan, aku mohon padamu, tolong jaga
dia, lindungi dia, dan selamatkan dia apapun yang kini sedang terjadi padanya,
tolong kembalikan dia dalam keadaan baik-baik saja tanpa kurang satu apapun’.
Doaku terus terucap secara berulang-ulang.
Ibuku
terus memberiku semangat dan memegang tanganku, mengisyaratkan bahwa semuanya
akan baik-baik saja. Namun aku tau, wajah ayah dan ibuku tidak bisa bohong,
mereka juga memiliki kekahwatiran yang sama.
Aku
tiba dirumahnya. Jalanku sudah tidak stabil lagi, rasaya aku ingin roboh. Aku
melihat banyak orang berdatangan dirumahnya,, ada apakah ini?? Mungkinkah??..
ahh tidak mungkin. Tidak mungkin!!. Aku berlari sekuat tenaga, masuk kerumahnya
dan mendapati semua orang sedang menangis, aku melihat seseorang tertidur lelap
bersama seorang wanita yang aku kenal berada disampingnya. Dan wanita itu
ternyata adalah ibi Deva. Aku berjalan,berjalan perlahan air mataku menetes dan
terus mengalir membasahi seluruh pipiku. Aku tak sanggup menahan beban tubuhku
lagi. Aku jatuh. Tepat disamping ibunya Deva. Kini, aku bisa melihatnya, bisa
merasakan menyamanannya. Namun sayang aku tidak bisa berbicara dengannya.
Bibirnya sudah membeku, menjadi biru, matanya tertutup pulas tak bisa terbuka
lagi. Badannya terasa kaku,ia ttak bernafas lagi. Ia tak bisa tersenyum lagi.
Aku
bergetar tanpa kusadari tanganku menyentuh tangannya, sambil berkata “Deva, aku
sudah disini bangunlah,, kamu bilang ingin melihatku sekarang aku disini jadi
bangunlah”. Namun hanya sia-sia, aku sudah berteiak namun ia tidak mendengar.
Ayah Deva menghampiriku dan memelukku begitu juga ibu Deva. “Ia sangat
menyayangimu Reina, dari kecil ia selalu ingin mengenalmu, lebih dekat
dneganmu, namun baru sekarang ia berani mengatakannya, Ia sangat menyayangimu
sampai-sampai setiap hari ia sealu menceritakan banyak hal tentangmu ke kami”.
Ucapan ayah Deva membuat hatiku semakin tidak karoan. Aku hanya bisa terdiam
dan terus terdiam tanpa bisa berkata lagi.
Tepat
dihari pemakamannya, aku datang dan ikut mengirinya ke peristirahatan
terakhirnya. Di pemakaman semuanya menangis tak sanggup menahan sedih. Deva
anak yang baik,ia selalu menjadi anak yang penurut dan sayang kepada
adik-adiknya. Ia sangat menyukai hal-hal yang wangi. Kini, hanya tinggal aku
yang berdiri dan terdiam bersamanya. Di tanah yang gersang ini. Jiwanya telah
pergi, raganya ditinggal sendiri. Akulah yang ini ditinggal sendiri, bersama
kenangan yang semua kita punya bersama, aku tidaj pernah melihatnya selama kami
pacaran, itulah yang akan aku sesali seumur hidupku.
Aku
teringat dengan kata-kata terakhir yang ia ucapkan padaku. Dan akupun berkata
dalam hatiku “Kini, dirimu telah bersama denganNYA,menyatu denganNYA,, dan kamu
telah dijemput oleh bidadari surge dilangit yang kini, akan mewakilkanku untuk
menjagamu disana”. Aku bangun, dan berjalan melewati tanah gersang itu. Dan…
aku melihatnya berdiri tepat di hadapanku walaupun terlihat jauh. Ia sangat
tampan dan manis, serta terlihat baik. Aku senang melihatnya dan aku tak ingin
bangun dar ilusi ini. ia tersenyum padaku terus tersenyum,,, dan aku menyadari
arti dari senyuman itu…. “aku akan selalu menjagamu Reina”.
“kami mungkin tidak lama menjalin kasih, kami
mungkin tidak lama saling mengenal. Kami mungkin tidak pernah bertemu,,, namun,
tuhan sudah memberikanku kesempatan. Kesempatan untuk mengenalnya. Mengenal
kelembutan hatinya, kebaikan jiwanya. Akulah yang akan selalu mengenangnya. Mengingatnya
disini dan selalu berdoa untuknya. Dan mencintainya…selamanya. Walaupun aku
tau, aku tidak akan bisa bersamanya lagi. Namun aku yakin,ia menjagaku disana.
Dan kelak jika ada seseorang yang akan menemaniku,, maka dia adalah titpan
darinya. Atau bahkan… dia kembali,, walaupun bukan menjadi dirinya yang dulu.”
Ni Putu Risma Giri Dewani