Rabu, 18 Februari 2015

Salahkah Aku?



Salahkah Aku?
          Jika saja aku berani, jika saja aku bisa mengutarakan semuanya. Hal ini mungkin tidak akan pernah terjadi. Seumur hidupku rasa ini tidak mungkin akan tersampaikan. Hanya dirikulah yang harus menanggung semuanya. Menanggung segala kebodohanku,segala mimpiku yang memang hanyalah khayalan.
          Aku berjalan menyusuri taman, sambil duduk menikmati pemandangan. Mengingat masa kecilku yang indah. Masa-masaku bersamanya…

          Tubuhku yang kecil sangat sulit untuk meraih bunga cempaka putih nan indah yang ingin ku genggam. Tubuhku terus melompat.meloncat dengan usaha yang keras. Mencoba untuk mengambil seuntaian bunga harum itu. Sia-sia saja! Aku hanya bisa menangis, layaknya anak kecil yang kehilangan induknya. “sini biar aku yang ngambilin” ucap seorang anak lelaki yang setelah kulihat ia tersenyum padaku,mengulurkan tangannya dan membantuku bangkit. “jangan menagis lagi,aku akan mengambilkannya untukmu”. Ia berusaha memanjat pohon itu, memanjat dengan kekuatan kaki yang ia punya. Hap!! Dapat!. Ia berhasil dan memberikannya padaku. Senyumku merekah, tak kusangka bunga ini berhasil ada ditanganku kini. “terima kasih” ucapku dengan perasaan malu. “sama-sama namamu siapa?” ucapnya yang juga terlihat tersipu malu “Ninda kamu?” ucapku membalas “Anda”. Sekilas pertemuan kami ini menjadi yang terakhir namun ternyata…. Perkiraanku salah.
          Kami menjadi sahabat dekat,sahabat yang saling melindungi satu sama lain. Aku selalu melindunginya sewaktu kecil. Saat kami TK dan SD, jika ada orang yang berani mengganggunya, aku akan langsung turun tangan dan memukul mereka semua. Walaupun aku wanita namun jangan salah. Kekuatanku mengalahkan 2 orang pria. Namun saat ini berbeda, kini dialah yang melindungiku. Dari semua orang yang berniat jahat terhadapku. Yap! Setelah pertemuan singkat itu, aku tidak menyangka, ternyata kami bisa terus bertemu bahkan bersahabat sampai saat ini. ketika kami berada di SMA. Kami selalu bersekolah di sekolah yang sama bahkan sampai sekarang. Kemana-mana kita selalu sama-sama,tanpa dia semuanya akan terasa sepi. Waalupun terkadang ia suka ngomel gak jelas, namun hal itulah yang membuatku betah dan merasa dilindungi. Mungkin banyak yang bilang, pria dan wanita tidak akan selamanya bisa bersahabat. Pasti akan ada perasaan di antara mereka berdua. Namun aku bisa jamin bahwa pernyataan itu salah. Buktinya saat ini, aku biasa-biasa saja dengan Anda. Dari kecil sampai sekarang tidak ada perasaan khusus.
          Bagiku kami berdua tetaplah kepompong.bel pun berbunyi dengan kerasnya, menandakan waktu pulang. Seperti biasa aku menunggu Anda diparkiran sepeda. “hay lady,lama nunggu?” kata pertama yang ia katakan. “lady,lady namaku bukan lady tau,tumben telat sampai jam segini?” balasku dengan wajah kesal. “sorry-sorry tadi ada emergency jangan cemberut gitu napa, I’m here Ninda ayokk dah naik boss,nanti aku kasi kamu es krim sebagai permintaan maaf”. Orang ini memang pandai merayu. Tanpa omel lagi aku langsung naik ke sepedanya. Yahh aku selalu boncengan dengannya, kami berdua ini anti polusi,cinta alam,dan go green. Jujur saja, aku tidak bisa lama-lama marah dengannya, setiap aku ngambek, ia pasti akan menceritakan hal lucu atau.. malah menggodaku dengan es krim. Ahh sial!.
          Hari ini, aku dan Anda berencana buat nonton film bareng. Mumpung kami berdua jomblo dan happy, Anda mengajakku untuk menonton malam mini sebagai permintaan maafnya tadi. Semua sudah beres tinggal berangkat… sippp dah.
          Cuaca sangat mendukung hari ini, seperti biasa, aku menaiki sepeda Anda yang sudah siap ia gayung dengan kekuatan super (eitss bukan supernatural yah). “kamu makin berat aja Nan, makan apa aja sih?” wahh dasar nih si kambing udah gak pernah kena tonjokan rupanya. Ucapku dalam hati. Dengan wajah betek dan nada ngambek, aku keluarkan semua uneg-unegku “enak aja kamu kali yang udah mau peot gak bisa dayung sepeda lebih kuat udah dasar kambing”. “ihh dasar kamu tak turunin mau??” balasnya mengancam. “nih nih turunin nihh” balasku menantang. “gak bisa diajak becanda” aku hanya bisa terawa kecil. Anda memang sok humoris.
          Menonton film itu memang tiada duanya dan tandingannya (kayak iklan oli aja). Untuk pertama kalinya aku melihat Anda nonton film mellow, yah kalau bukan karena paksaan dia pasti ogah yang buat nonton. Memang film You Are The Apple of My Eye gak ada duanya. “film apaan kayak gitu, yang udah saling cinta tapi malah yang cewek sama orang lain bad”. Ucapnya yang sok kesel “jangan banyak ngomel, yuk dah pulang An, kayaknya cuaca udah gak bagus. Anda segera mengayung sepedanya dengan kekuatannya, namun tiba-tiba.. hujan turun dengan derasnya. Terpaksa kami harus berteduh. Aku terus menggosok-goskkan tanganku demi menerima kehangatan. Namun, Anda langsung memberikan jaketnya adaku dan memelukku. Ehhh? Kenapa ini? kenapa jantungku berdetak terlalu kencang, ada apa denganku? Apa yang aku rasakan?. Tubuhku ingin menolak pelukannya namun sayangnya, tanganku terlalu lemas untuk melepas pelukannya.entah apa yang saat ini aku rasakan, aku tidak mengerti. Perasaan ini lain dari pada biasanya entah apa yang menyebabkan kata lain terlintas dalam pikiranku.
          Tiba di rumah, balik ke kamar. Jantungku masih berdetak kencang mengingat kejadian tadi. Aku tersenyum mallu mengingat wajahnya, dan terkadang aku sadar bahwa aku sudah gila. Daripada aku lama-lama jadi gila, lebih baik kuputuskan untuk tidur.
          Keesokan harinya perasaan itu masih terasa. Ketika Anda mendekat hanya beberapa cm, aku sudah merasa canggung. Setiap akan pergi dengannya aku merasa harus perfect.ini terus terjadi hingga setelah satu bulan persaan ini muncul, aku sadari. Aku sudah jatuh cinta.
          Gila memang gila. Kini kepompong itu sudah terbang menjadi kupu-kupu. Namun, aku selalu diam dan menyembunyikan perasaanku dalam-dalam kepada Anda. Aku tidak ingin Anda tau dan melihatnya. Aku selalu bersembunyi dibalik topeng persahabatn yang ingin menghapus kata sahabt itu menjadi hubungan yang lebih serius. Namun aku begitu pengecut. bagaimanapunAnda adalah sahabatku. Mungki hanya aku yang memiliki persaan seperti ini. tidak dengannya, yang selalu dan mungkin akan selamanya menganggapku sebagai sahabatnya. Aku selalu mengutarakan semua perhatianku adanya, selalu tersenyum mendengar ceritanya. Aku bahagia hanya dengan begini saja. Bersikap seperti biasa tanpa harus mengungkapkan perasaanku padanya. Aku tidak ingin dia canggung, biarkanlah hanya aku yang merasakan ini. asalkan ia tetap disampingku dan bersamaku, itu sudah lebih dari cukup. Duniaku lengpak jika ada dirinya.
          Beberapa bulan ini, aku mendengar bahwa Anda lagi dekat dengan seorang cewek. Anita namanya. Yah dari namanya saja sudah terlihat betapa cantik dan anggunnya dia. Cocok dengan Anda yang memiliki charisma menawan. Oh oh apakah aku cemburu sekarang?? Haha tidak jangan ngaco deh, sahabat bahagia aku juga bahagia. Anda sering cerita tentang Anita padaku, bahkan hal-hal kecil yang mereka lalui tak terlewatkan dari ceritanya.
          Di luar, aku merasa bahagia. Namun sungguh, perasaan memang tidak bisa berdusta. Rasa sakit yang teramat dalam dapat aku rasakan. Pahitnya cinta pertamaku yang tak terbalaskan.
          “Nin,Nin, “ucapnya padaku dengan tingkah serba salah dan senyum lebar. “ada apa An?” tanyaku penuh kegelisahan. ‘aa,,aaku jadian sama Anita yee yuhu!! Dia nerima aku tadi Nan haha ehh kamu kapan nyusul??” Shock!!. Tanganku bergemetar, jantungku rasanya ingin berhenti ketika Anda memelukku bahagia. Namun, pelukan itu justru membuatku sedih. Aku hanya bisa menahan air mataku sambil menepuk bahunya dan mengucapkan selamat dengan nada gagap.
          Aku menagis dalam diri sedih dalam hati. Kini semuanya terasa sakit, terasa hampa persahabatan yang dulu terjalin,, mungin sudah tidak bisa terjalin lagi. Mulai hari ini,,, dan selamanya.
          4 tahun kemudian…
          Sudah 4 tahun lamanya aku pergi meninggalkan Negara ini. melupakan semua kenangan manis dan perasaan pahitku.
          Ya… aku pergi meninggalkan Anda, aku memutuskan untuk pergi ke Australia melanjutkan studiku. Anda sempat kaget tak percaya setelah mendengar perkataanku bahwa aku akan pergi meninggalkannya. Meninggalkan persahabatan yang sudah terjalin selaman 14 tahun lamanya. “kamu beneran pergi??, tidak bisakah kamu tinggal disini? Aku akan kehilangnmu Nin,,” sungguh kata kehilangan itu merupakan kata termanis yang aku dengar. Merasa aku masih disayang dan dilindingi. “An, semoga kamu baik-baik saja disini, jaga diri kamu dan jaga Anita” pelukan erat terahir yang aku berikan padanya adalah tnpa perpisahanku sekaligus berakhirnya cinta pertamaku.
          Kini,aku berada disini, taman tempat semuanya bermula. Semua cerita yang aku punya bersamanya. Mengingat semuanya, semua kenangan indah, manis, pahit yang kita alami berdua. Aku mengambil cempaka putih yang menempel indah di pohon. Mengingatkanku pada cinta pertamaku. Perasaanku yang suci, sesuci bunga cempaka, kenangan yang manis dan harum layaknya bunga cempaka. Dan kini.. aku hanya bisa menantap langit dan berkata dalam hatiku.. “semoga kau selalu bahagia.. pria yang paling aku cintai”

          “cinta memang tidak selamanya harus dimiliki, namun percayalah, kebahagiaannya adalah cinta terindah yang bisa kamu dapatkan darinya”.


Ni Putu Risma Giri Dewani

Peduliku Untukmu



Peduliku, Untukmu
          Aku melihat bayangan dari sisi celah yang saat ini aku amati. Yess! Tertangkap!. Aku melihatnya, benar-benar melihatnya. Suara itu begitu terdengar jelas ditelingaku, langkah kaki itu tak asing lagi bagiku, dan wajah itu,,, sudah melekat di mataku. Semuanya terasa sempurna saat ini.
          Oh God!! Aku lupa! Hari ini Valentine’s Day?. Apa yang harus aku lakukan? Diam, bertindak atau.. hanya bertindak tapi terlihat diam?. Ahh entahlah aku tidak tau apa yang kini aku bicarakan. Semua sibuk dengan dunianya masing-masing. Saling berebut coklat, bingung memilih coklat yang mana untuk pasangan, sampai-sampai kelas ini rasanya kini sudah berganti fungsi menjadi pasar coklat. Suasana keributan sungguh terasa di kelas ini. ahh panasss panasss!!.
          Kenapa mereka bisa bersenang-senang diatas penderitaan orang lain??. Lantas aku? Bagaimana denganku?. Ahh shit!. Mentalku terlalu krupuk banget. Aku mengotak-atik bukuku, mencoba fokus pada pelajaran fisika, mencari jawaban dari ribuan rumus yang ada. Satu kata untuk moment ini ‘gak konsen’.
          Semua berteriak, saling berkomentar satu sama lain “ehh beliin hadiah apa buat si dia?”, “aduhh dia suka gak yahh sama hadiah dari aku?”. Oh God! Aku yakin mereka saat ini lupa dengan semua ciptaanmu dan hanya memikirkan ciptaan yang sudah membuat mereka gila untuk saat ini ‘coklat’. Ana menghampiriku, terlihat dari kejauhan ia tersenyum lebar sambil terus melangkah mendekatiku. “hallo hallo,, eitss bengong aja, Valentine kok biasa aja nih?”. Sudah kuduga pertanyaan itu lambat laun akan muncul. Awkward!! “ahh lo, gue gak mikirin yang begituan gak ada istimewanya, coklat bisa dibeli kapan aja, toh harganya cuma Rp 6.000 doang. Makan untuk diri sendiri lebih nikmat”. Balasku yang seakan-akan kurang peduli dengan harga coklat yang mungkin untuk saat ini sudah naik, atau lagi diskon besar-besarn beli dua gratis satu yahh dimana lagi kalau bukan di Indomaret (ahh promosi).
          “ahh lo bilang gitu karena gak ada yang ngasi coklat ke elo kan? Atau… “ Ana berhenti sejenak sambil berfikir ulang. Hanya dalam 5 detik ia kembali melanjutkan ocehannya itu “elo lagi bingung ngasi dia apa??”. Oh No… aku ketahuan. Semudah itukah pikiranku bisa dibaca orang? Ataukah memang aku yang bodoh dalam hal menyembunyikan sesuatu?. “aa,, apa sih? Sok tau deh lagipula siapa yang harus gue kasi hadiah? Anjing gue si Miko? Atau kucing tetangga terus gue selfie bareng isi tulisan makasih coklatnya kucing, gila gue!” balasku dengan nada sedikit gugup namun tetap berwibawa hihihi.
          “bukan hewan maksud gue,lo lama-lama jadi penjaga suakamargasatwa aja sekalian” aku langsung menatap Ana dengan tajam dan ia langsung mengerti dengan tatapanku dan menghentikan perkataannya. Namun hanya 6 detik berlalu ia kembali mengoceh “Tuh si Jenius atau apalah,, lo gak mau ngasi dia hadiah? Lo Cuma diem gini aja? Cuma lewat DUDU itu aja? Ayolah Rima tunjukin perhatian elo, tunjukin bahwa elo beneran serius”. Dalam hati akupun berkata (yang punya perasaan siapa yang ngebet siapa). Aku menarik hembuskan nafasku berulang-ulang. Hufhh hufhhh. “gue malu”. Jawabku singkat. “ini jaman apa sihh? Masih aja malu-maluan, tuh malu sama kucing hehe”. Di saat seperti ini leluconnya Ana lumayan juga. Lumayan buat aku buang dia ke laut eh Antartika aja deh biar bergaul sama penguin-pinguin, anjing laut, sama beruang kutub terus membuat sekutu. Pikiranku mulai kacau!.
          Hari yang melelahkan bagiku hari ini, mendengar omelan dari guru fisika, sakit hati sendiri temen-temen happy-happy, lah aku malah nyepi-nyepi. Semua sibuk dengan coklat dan bunga, aku sibuk dengan fisika. Memang nasib jomblo eitss aku  single. Single lebih terlihat keren daripada jomblo yah setidaknya aku merasa bangga walau hanya sedikit.
          Aku menuju parkiran bersama Ana, Revan, Andy,Ica,Marko,dan Vien. Kami berjalan bersama menuju parkiran. Sekilas memang terlihat seperti anak geng yang siap taruhan terus bawa batu dan obor. Serem banget kan??. Tapi tenang kita semua cinta damai kok. Hidup damai!! Yah aku damai karena Valentine akan segera berakhir wahaha.
          Aku sudah stand by dengan helmku, siap naik ke motor, boncengan bersama Ana. Tapi.. di saat itu. Awkward!!. He’s coming. Oh Tuhan aku harus bagaimana sekarang? Paling muka? Pergi tanpa pamit langsung lari, jongkok, diem aja ahh serba salahhhh!!. Teman-temanku sudah heboh sendiri semua meneriakiku seakan aku aktris Hollywood, waoww keren seandainya itu benar. Ahh lupakan tentang Hollywood  ini lebih penting. Aku harus bagaimana? Dia sudah dekat terus mendekat dan…. “Eitss Dwika ni Rima Rima” sambil menunjuk tepat kearahku Revan berkata tanpa ragu, lanjut semua temanku kini ikut berkata hal serupa. Oh Man What The Hell?. Aku hanya bisa terdiam sambil berkata dalam hatiku ‘aku mohon jangan berkata apapun dan pergi aku tidak ingin jantungku keluar saat ini’. “Dia balik badan aku gak bisa lihat” oh God,,perkataan itu sudah membuatku hampir meleleh sumpah suaranya cool abis. Tidak sampai disitu penderitaanku hari ini, teman-temanku memberitau DUDU yang aku buat untuknya. Ahh siall ingin rasanya saat ini ku potong mereka menjadi dua bagian. Ia hanya tersenyum sambil berpamitan untuk pergi ke markas PMR. Orang PMR keren-keren yah? Hihi yah karena ada dia ciahh. Aku masih merasa malu sekaligus kesal dengan teman-temanku. Mereka itu teman atau apa sih? Mempermalukanku seperti itu. “biar ada perkembangan Rim” ucap Ana sambil tertawa. Ahh tau dah entah nanti dia akan membaca DUDUku atau tidak, sekarang aku sudah pasrah. Tepuk pasrah… eku lupa tepuk pasrah seperti apa yang jelas aku sudah pasrah saja dengan keadaan ini.
           Dua hari kemudian….
          Awal yang baik untuk hari ini, semua berjalan lancar, belakangan ini aku merasa senang mengikuti upacara. Bukan,,bukan karena jiwa 45ku melainku jiwa cintaku sedang berkembang asekkk. Aku bisa melihatnya berdiri tegap dan sigap. Walaupun hanya melihat sekilas itu sudah membuat hatiku merasa senang.
          Namun,, hari ini berbeda. Aku tak melihatnya! Bagaimanapun jelinya mataku mencari tetap aku tidak menemukannya. Dimana dia? Dimana?. Hatiku langsung layu, jiwaku ikut hanyut bersamanya (puitisss puitiss).
          Kembali ke kelas dan meratapi nasib tidak melihatnya. Saat itu pula Dedi datang sambil memberikanku kabar buruk. “Rim, Dwika sakit makanya dia gak sekolah”. Dia bisa sakit juga yah? Eh eh dia pasti kecapean deh. Aku bisa merasakannya, jika aku jadi dia pasti juga kelelahan. Aku bisa melihat itu dua hari yang lalu. Matanya tidak secerah biasanya, ia terlihat lesu. Aku langsung kaget, khawatir, bingung semua bercampur menjadi satu.
          Apa yang harus aku lakukan sekarang?. Semuanya terasa berat dan galauu galauu galauuuuuuuuu. Biar lebih dramatis aku buat ‘u’nya’ panjang
          Clingg!! Ide muncul seketika.
          Aku membelikannya coklat. Yah walaupun tidak seberapa namun aku tulus memberikannya. Aku hanya berharap dengan hadiah ini, ia bisa lebih mendingan dan merasa bahwa masih ada yang peduli padanya. Aku peduli padanya.
          Ku titipkan coklat itu pada Anji, sebagai teman yang dekat dengannya sekaligus dekat denganku juga, ku percayakan Anji untuk menitipkan rasa peduliku untuknya. Dalam coklat itu aku menulis beberapa kata yang mungkin tak indah, tak puitis, tak so sweet, tak romantic, namun dari kata itu terselip perhatian yang tulus. Dariku untuknya, perhatian yang akan selalu mendukungnya dari belakang, memberikan semangat untuknya, dan selalu mengamatinya secara diam-diam. Mungkin aku memang pengecut, mungkin aku tak tau diri karena sudah bertingkah seperti ini. tapi,, inilah caraku, caraku untuk menunjukkan kasih sayangku. Caraku untuk bilang padanya bahwa “aku peduli”.

          “Jika pada akhirnya aku hanyalah selembar kertas yang mudah lenyap ditiup  angin, tak akan masalah bagiku. Jika memang aku hanyalah daun kering yang gugur dan disapu orang, tak masalah juga bagiku. Asalkan,, ia sempat menggunakan kertas itu, ia sempat memungut daun itu,,, aku sudah merasa bahagia. Hanya dengan melihatnya tersenyum, dan selalu baik-baik saja. Perasaan dalam hatiku ini sudah bermekaran. Mungkin aku tak terlihat, aku hanya diam dibelakang. Namun, akulah yang akan selalu di depan ketika dirinya dalam kesusahan”.
          

Ni Putu Risma Giri Dewani
         

Kata Terakhir



Kata Terakhir
                                    ( aku hanya bisa merasakan, tanpa bisa memandang)
Aku hanya bisa terdiam, menatapi ruang hampa dan hanya penuh dengan tanah di sekelilingku. Tempatku berdiri, tepat didepan namanya, nama indah yang dianugrahkan tuhan. Dan kini hanya bisa aku baca melalui batu yang terukir indah. Di depanku saat ini, hanya tanah yang mengubur dirinya mengubur semua kenanganku bersamanya, masa-masa indah yang tak akan mungkin terulang lagi, semua tentang dirinya yang kini terhapuskan oleh debu dan terkubur dalam-dalam. Dan yang tersisa kini hanyalah aku, yang hanya bisa membayangkannya tanpa menyentuhnya. Hanya bisa merasakan dan terus tenggelam serta larut dalam kenangan manis kami.
            Hari minggu memang hari yang sangat pas dan baik untuk bermalas-malasan. Bangun siang, makan, mandi, kemudian menonton TV adalah kebiasaan yang tidak bisa lepas dari kehidupanku (sebenarnya sih kehidupan para remaja jaman ini, yahh walaupun tidak semua). Sehabis makan dan mandi, akupun membuka laptop dan mulai mengotak-atik Mr.Google yang 24jam setia memaniku. Klik! Buka Fb dan lihat apakah ada yang menarik ataukah ada sesuatu hal yang akan membuatku tertarik. Shoot!!! Ada chat. Aku membukanya… dan ternyata.. pesa dari Deva. Teman masa kecilku yang kini beda kota denganku. “Hai Reina, lama gak ada kabar?? Gimana kabar kamu sekarang?”. Aku secara antusias membalas pertanyaan itu “Hai Deva, lama banget kita gak komunikasi gini, aku baik-baik saja gimana dengan kamu disana? Dan keluargamu? Semoga sehat-sehat saja”. Hanya menunggu sekitar 5 menit, pesanu sudah dibalas kembali olehnya. “Baik banget malahan, hehe kamu makin cantik saja Na”.
            Waoww baru dua percakapan aku sudah dipuji, nge-fly banget aku hari ini. Áku hanya tersenyum-senyum sendiri sambil terus membalas chatnya. Kami bercakap cukup lama. Waktu memang tidak bisa berbohong. Tak terasa sudah 5 jam aku dengannya saling bercerita banyak hal. Entah apa yang kami ceritakan aku sudah lupa. Namun yang masih bisa aku ingat dan tangkap di dalam memoriku, percakapan yang kami lakukan sangat asyik. Ia bercerita tentang sekolahnya, kesehariannya dan bahkan kegiatannya kini. Akupun bercerita hal yang sama. Kami juga bercerita dan mencoba mengingat-ngingat masa kceil ketika kami masih sering bersama.
            Dimana aku sering mengerjainya, dan terkadang dialah yang membelaku disaat aku sedang lemah dan lengah. Aku sangat senang dengan semua cerita yang ia ceritakan, tidak ada yang membosankan. Kami saling nyambung satu sama lain. Saking serunya percakapan kami, sampai-sampai aku lupa kapan terakhir kali aku makan.
            Percakapan aku tunda untuk sementara sebab aku harus mandi, makan dan belajar. Tidak perlu waktu lama bagiku untuk menyelesaikan semua tugasku. Aku kembali mengecek Fbku. Yess ia mengechatku lagi. Entah kenapa perasaanku sangat bahagia.
            Dua minggu kemudian…….
            Kami semakin akrab satu sama lain, semua terasa tidak hambar lagi semenjak ia datang. Kami resmi menjadi sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Entah kapan perasaan itu datang dan muncul. Tau-tau saja, kami sudah saling jatuh cinta. Aku tidak tau apakah ini memang benar-benar cinta. Yang aku tau, aku nyaman bersamanya dan dia juga nyaman bersamaku. Ia selalu bisa membuat hatiku menjadi berbunga-bunga. Entah itu karena leluconnya ataukah rayuannya yang setiap hari selalu saja memilki versi baru. Aku ingat beberapa rayuan yang ia berikan. Mulai dari aku seperti bidadari, seperti bidadari, seperti bidadari dan seperti bidadari. Ia selalu mengatakan hal itu pada setiap rayuannya. Kata bidadari itu tak pernah lupa ia sampaikan dalam setiap ucapan manisnya itu.
            Sampai akhirnya pada suatu saat, aku ingin sekali bertemu dengannya begitu juga ia. Kami ingin mengobrol secara langsung, bercakap dan saling menatap satu sama lain. Melihat secara nyata wajahnya dan bisa merasakan langsung kehangatannya. Namun, tiada waktu yang tepat untuk semua itu.
            Malam harinya, ia meng-smsku dan memberitau bahwa besok ia akan pergi ke pantai untuk berendam bersama teman-temannya. Malam itu beda dari malam biasanya, aku tidak tau mengapa. Rasanya ada yang hilang, rasanya aka nada hal yang hampa tapi aku tak tau itu apa. Percakapan kami cukup singkat malam itu, sebelum tidur, ia mengucapkan beberapa kata yang akan selalu aku ingat selamanya. “Semoga mimpimu indah, aku akan mengabarimu besok bidadariku, aku sayang kamu”. Aku terkejut sekaligus senang dengn ucapannya itu dan akupun membalas “selamat tidur  juga pangeranku, aku juga menyayangimu”. Kata sayang yang saling kami uatrakan seakan membawaku ke mimpi indah.
            Keesokan harinya, aku menunggu dan terus menunggu kabar darinya. 6jam sudah aku menunggu namun tiada kabar, hingga akhirnya aku menerima pesan dari adik saudaraku. “Kak, kak Deva belum pulang daritadi pagi, semuanya lagi sibuk nyari dia di pantai kayaknya dia menghilang kak”. Shoot darrr!!! Pesan yang aku harapkan pesan bahagia darinya ternyata sebaliknya. Aku langsung bangun dari tempat tidurku dan mencari ayahku. “Ayah,,ayah” ucapku dengan nada gemetar. “Ayah,, coba telfon Ayahnya Deva, apa benar Deva dalam masalah?? Tadi Nina sms aku yah”, ayahku langsung sigap, mengambil handphone dan menelfon ayah Deva. Ayahku dan ayahnya sangatlah dekat, jadi, kami tidak malu-malu lagi mengatakan hubungan kami. Untungnya ayahku mengijinkan kami berdua.
            Tak ada yang menjawab, tak aktif. Aku linglung sendiri. Tanpa kusadari air mataku sudah menetes tak sanggup menahan kerisauanku. “Na, sebainya kita berangkat sekarang jga kerumah Deva”. Aku terkejut mendengar perkataan ayahku itu. Namun au tidak butuh waktu lama untuk menanggapinya. Aku langsung mengangguk dan mengikuti ayah serta ibuku kebmobil. Tanpa persiapan apapun kami langung berangkat dengan barang seperlunya. Mandipun aku tidak.
            Aku sudah mulai risau, tanganku mulai bergemetar, aku tak sanggup bicara. Aku hanya terdiam dan melamun di mobil, hanya air mataku saja yang masih aktif mengalir. Aku hanya memejamkan mata sambil berdoa. ‘Tuhan, aku mohon padamu, tolong jaga dia, lindungi dia, dan selamatkan dia apapun yang kini sedang terjadi padanya, tolong kembalikan dia dalam keadaan baik-baik saja tanpa kurang satu apapun’. Doaku terus terucap secara berulang-ulang.
            Ibuku terus memberiku semangat dan memegang tanganku, mengisyaratkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun aku tau, wajah ayah dan ibuku tidak bisa bohong, mereka juga memiliki kekahwatiran yang sama.
            Aku tiba dirumahnya. Jalanku sudah tidak stabil lagi, rasaya aku ingin roboh. Aku melihat banyak orang berdatangan dirumahnya,, ada apakah ini?? Mungkinkah??.. ahh tidak mungkin. Tidak mungkin!!. Aku berlari sekuat tenaga, masuk kerumahnya dan mendapati semua orang sedang menangis, aku melihat seseorang tertidur lelap bersama seorang wanita yang aku kenal berada disampingnya. Dan wanita itu ternyata adalah ibi Deva. Aku berjalan,berjalan perlahan air mataku menetes dan terus mengalir membasahi seluruh pipiku. Aku tak sanggup menahan beban tubuhku lagi. Aku jatuh. Tepat disamping ibunya Deva. Kini, aku bisa melihatnya, bisa merasakan menyamanannya. Namun sayang aku tidak bisa berbicara dengannya. Bibirnya sudah membeku, menjadi biru, matanya tertutup pulas tak bisa terbuka lagi. Badannya terasa kaku,ia ttak bernafas lagi. Ia tak bisa tersenyum lagi.
            Aku bergetar tanpa kusadari tanganku menyentuh tangannya, sambil berkata “Deva, aku sudah disini bangunlah,, kamu bilang ingin melihatku sekarang aku disini jadi bangunlah”. Namun hanya sia-sia, aku sudah berteiak namun ia tidak mendengar. Ayah Deva menghampiriku dan memelukku begitu juga ibu Deva. “Ia sangat menyayangimu Reina, dari kecil ia selalu ingin mengenalmu, lebih dekat dneganmu, namun baru sekarang ia berani mengatakannya, Ia sangat menyayangimu sampai-sampai setiap hari ia sealu menceritakan banyak hal tentangmu ke kami”. Ucapan ayah Deva membuat hatiku semakin tidak karoan. Aku hanya bisa terdiam dan terus terdiam tanpa bisa berkata lagi.
            Tepat dihari pemakamannya, aku datang dan ikut mengirinya ke peristirahatan terakhirnya. Di pemakaman semuanya menangis tak sanggup menahan sedih. Deva anak yang baik,ia selalu menjadi anak yang penurut dan sayang kepada adik-adiknya. Ia sangat menyukai hal-hal yang wangi. Kini, hanya tinggal aku yang berdiri dan terdiam bersamanya. Di tanah yang gersang ini. Jiwanya telah pergi, raganya ditinggal sendiri. Akulah yang ini ditinggal sendiri, bersama kenangan yang semua kita punya bersama, aku tidaj pernah melihatnya selama kami pacaran, itulah yang akan aku sesali seumur hidupku.
            Aku teringat dengan kata-kata terakhir yang ia ucapkan padaku. Dan akupun berkata dalam hatiku “Kini, dirimu telah bersama denganNYA,menyatu denganNYA,, dan kamu telah dijemput oleh bidadari surge dilangit yang kini, akan mewakilkanku untuk menjagamu disana”. Aku bangun, dan berjalan melewati tanah gersang itu. Dan… aku melihatnya berdiri tepat di hadapanku walaupun terlihat jauh. Ia sangat tampan dan manis, serta terlihat baik. Aku senang melihatnya dan aku tak ingin bangun dar ilusi ini. ia tersenyum padaku terus tersenyum,,, dan aku menyadari arti dari senyuman itu…. “aku akan selalu menjagamu Reina”.

“kami mungkin tidak lama menjalin kasih, kami mungkin tidak lama saling mengenal. Kami mungkin tidak pernah bertemu,,, namun, tuhan sudah memberikanku kesempatan. Kesempatan untuk mengenalnya. Mengenal kelembutan hatinya, kebaikan jiwanya. Akulah yang akan selalu mengenangnya. Mengingatnya disini dan selalu berdoa untuknya. Dan mencintainya…selamanya. Walaupun aku tau, aku tidak akan bisa bersamanya lagi. Namun aku yakin,ia menjagaku disana. Dan kelak jika ada seseorang yang akan menemaniku,, maka dia adalah titpan darinya. Atau bahkan… dia kembali,, walaupun bukan menjadi dirinya yang dulu.”
            
Ni Putu Risma Giri Dewani